Total Tayangan Halaman

Jumat, 20 Desember 2013

Flushing


"Jenis post ini gw namain Taseng, Cerita Iseng, alias fiksi, alias boong. Ya kan sesekali boong dan iseng juga gapapa, namanya juga iseng jarang-jarang, klo terus - terusan iseng dan boong nanti dikejar Tramtib.."


***
Kamu datang tiba - tiba hari itu,
Mukamu lusuh, pake banget.
Tapi kegantenganmu tetap tak terbantahkan.

Dan tanganmu mulai meraih tanganku.
Aku menarik tanganku.
Jual mahal ceritanya, meskipun semua orang tau, klo untuk kamu, aku kasih diskon dan promo buy one get one free. Sayangnya, kamu nggak punya kartu kredit. Fufufu, aku tertawa puas dalam hati.

Tapi kamu menahannya, menahan tanganku, tangan aku yang kasar karena sering cuci piring itu, yang jari - jarinya dipakai buat ngupil kadang - kadang,

" Kita tetep temenan kan? Nggak akan menjauh kan?" katamu sendu.

Aku cuma diam, bingung mau ngomong apa, bukan karena aku kehabisan kata - kata atau karena nggak bisa nerima kenyataan, tapi aku lagi radang tenggorokan, buat ngomong aja sakit,, jadi jangan terlalu ge - er..

Tapi mendengar kata - katamu, pikiranku melanglang jauh, iya, jauh banget, sangking jauhnya sampai satu puteran dunia, terus balik ke sini lagi. Membentuk gaung di kepala gw yang lebih sering eror daripada menghasilkan mahakarya macam tulisan  Paulo Coelho atau karya - karya apik Dewi Lestari. Dan gaungnya meninggalkan satu tanda tanya besar segede papan baliho kayak yang biasa dipasang di pinggiran jalan. Dulu aku pusing mikirin gimana orang percetakan ngebikin itu baliho. Sekarang sudah tidak lagi, makasih ya klinik tong sam chong… Saya makin pusing sekarang.

Ah, kamu menatapku lama, lagi-lagi dengan pandangan itu, pandangan iba sekaligus meragu.

"Iy, kita tetap temenan…" ujarku memecah keheningan.

Kamu lalu tersenyum, terlihatnya sih nggak begitu senang, malah makin sedih. Bikin bingung aja. Konsisten dong antara bentuk bibir dan raut muka. Ini klo tes di ajang pencari bakat pasti gagal deh, Pasti langsung dikasih tanda silang merah besar - besar.

Yah, tapi aku kan nggak tau juga itu wajah asli atau bukan, sekarang aku sulit membedakan mana topeng mana yang asli. Para gadis jaman sekarang aja doyan mengupgrade wajah mereka pake Camera 360, siapa tau kamu punya aplikasi untuk manipulasi ekspresi juga.

Aku beranjak perlahan, ingin cepat - cepat pergi dari genggaman tanganmu. Sementara kamu masih memandangiku dengan tatapan anak kucing minta dikasih susu. Sayangnya aku belum bisa memproduksi susu. Bisanya baru produksi bulu.

Tapi lucu, semua ini terjadi berdasarkan keputusanmu, kenapa justru kamu yang terlihat tidak siap dengan konsekuensi itu?. Aku berdiri. Memberi isyarat untuk pergi tanpa basa - basi.

Kamu berdiri juga, mengikutiku.
Ih,,, apalagi sih,,,, sana ambil jalan yang berbeda,, jangan kayak hantu, ngintil melulu. Begitu batinku.

Akhirnya kamu berhenti mengikutiku. Karena kamu nggak bisa ngikut aku ke dalam toilet. Untunglah jenis kelamin kita berbeda, jadi kamu nggak bisa ngikutin aku.
Bisa - bisa kamu diangkut security klo tetep maksa ikut.
Jadi, disinilah aku sekarang.
Duduk di dalam bilik toilet. Diatas Closet.

Entah sudah berapa lama aku disana. Tapi semuanya habis sudah. Dan aku melangkah keluar dari bilik dengan lega. Kamu sudah tidak ada. Semua sudah berakhir.

Tuas Flushing sudah kutekan untuk menyapu bersih semua tentangmu disana.