Total Tayangan Halaman

Kamis, 27 September 2012

Apakah jawabanku sudah tepat?

Ini sudah pukul 7 malam dan aku harus mengajar les matematika SMP kelas VII.

Simpel sekali.
Pecahan.

Kebanyakan anak benar2 menganggapnya sepele karena menganggap, pecahan adalah hal yg sudah mereka pelajari sejak SD.

Pertanyaannya mudah,

Bedu mempunyai uang Rp. 250.000
Dan bedu mempunyai teman bernama Atika dan Adang. Jumlah Atika dan Adang adalah 70% dari uang Bedu. Uang atika 2/3 Uang Bedu. Berapakah uang Atika dan Uang Bedu masing-masing?

Dari 4 org anak, 2 org menjawab 85rb. 1 org tidak menjawab, dan 1 org berhasil menjawab dengan benar.

2 org anak ini menjawab 85 ribu. Dan amat sangat yakin jawaban mereka benar. Sayang keyakinan mereka terlalu besar sehingga mereka lupa, soal tidak menanyakan uang atika dan adang secara keseluruhan, tapi masing-masing besar uang atika dan adang. Jika uangnya 85 ribu, uang siapakah itu? Jika itu uang adang, berarti uang tika bisa dihitung, tapi apakah benar itu uang adang?

:D

Saya membiarkan mereka bertanya-tanya dan yakin dengan jawaban mereka. Tapi saya lalu bertanya kembali. " Bisakah sekarang kalian membuktikan, bahwa jawaban kalian memang benar?"

Mereka ramai-ramai berteriak." Udh ketemu kak, ini pasti jawabanku yg benar..!! "

Saya tersenyum.

" Kalian semua hebat, karena berhasil menemukan jawabannya dengan usaha kalian sendiri. Bahkan yang tidak ketemu sekalipun, setidaknya sudah berusaha :) "

Tapi dalam matematika, bagian yg paling pentingnya bukan pada saat kita menemukan jawaban. Orang yg berpikirnya dewasa. Pasti sadar bahwa jawaban bukanlah akhir dari suatu usaha.

Saya menerangkan jalannya kepada mereka. Dan meyakinkan mereka bahwa memang itu jawaban yg diminta dengan mengoperasikan kebalikannya.. Dengan pembuktian itu Hasilnya klop.

Itulah saat jawaban matematika yg benar dipertanggungjawabkan.*sekaligus lega klo itungan gua juga bener :p*

"Tapi kak, kan butuh banyak waktu buat ngebuktiin apakah jawaban matematika kita bener atau engga"

Well, wajar mereka masih kecil dan merasa buang-buang waktu utk menguji kebenaran jawaban mereka sendiri, kurang lebih rasa malas menguji jawaban mereka sama dengan orang dewasa yang rata-rata selalu merasa apa yg mereka katakan adalah yg paling benar, tanpa mungkin pernah untuk menguji, apakah yg mereka katakan memang benar untuk disampaikan atau tidak. :D

"Didunia ini tidak ada hal yang sia-sia, apalagi ketika ilmu kita belum cukup banyak tahu tentang sesuatu."

Gw inget banget dulu sering nggerundel,,,
"Kenapa sih, matematika dibuat semakin rumit tingkatannya?"

Tapi semakin dewasa, semakin sering berpikir, gw ngambil kesimpulan sepele,,,

" Karena soal matematika memang dibuat untuk merangsang otak untuk berpikir. Dan semakin tua, kemampuan manusia berpikir semakin luas dan rumit"

Kenapa harus sesuatu yg rumit untuk dipikir?

"Karena ketika kamu merasa sesuatu begitu mudah, kamu akan cepat meninggalkannya untuk dipelajari. Dan ketika sesuatu begitu mudah, manusia akan berhenti untuk berpikir tentang itu..."

Coba bayangkan, seandainya dari tk kita cuma belajar tambah kurang atau kali bagi saja, manusia ga bakalan mikir lagi, karena sudah BIASA. Dan sesuatu yg biasa itu nggak
Perlu dipikirkan otak. Cukup dikeluarkan dr lipatan ingatan. Lalu disimpan lagi.

Dengan kata lain, otakmu tidak berpikir untuk menerima atau menemukan hal-hal baru.

tidak ada hal baru, tidak ada pemikiran baru, berarti sama dengan tidak ada peningkatan.

Jadi ketika manusia berhenti berpikir, berarti tidak akan ada hal baru, tidak akan ada inovasi, dan itu berarti yg terjadi hanya pengulangan,pengulangan dan pengulangan.

Terdengar membosankan bukan?

So, mumpung masih bertemu dengan kerumitan-kerumitan dalam hidup,

Bersyukurlah,

Karena kerumitan-kerumitan itu masih menawarkan jalan untuk keluar dan kesempatan kepada kita untuk mengembangkan kemampuan menjalani hidup,,

:)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar